Rabu, 16 Juli 2014

Komunitas Bravo

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta Jadikan Teman | Kirim Pesan inShare Komunitas Bravo OPINI | 17 October 2012 | 17:50 Dibaca: 194 Komentar: 0 0 Bravo Oleh Citra Ashri Maulidina Kalau mereka yang memiliki hambatan dapat semangat dalam menjalani hidup justru kita yang diberikan “kesempurnaan” oleh Tuhan sudah seharusnya kita berbagi dan saling membantu satu sama lain. Dibalik rencana Tuhan yang indah yang tidak kita ketahui. Kamis, 26 Januari 2012 waktu menunjukan pukul dua siang. Tepat di pinggir halaman mesjid At-Taqwa, yakni mesjid yang lokasinya berada diluar komplek Uiversitas Negeri Jakarta. Suasana siang itu dengan angin yang berhembus cukup kencang dari pohon-pohon rindang yang tumbuh di sekitarnya serta langit yang biru cerah cerah, juga terlihat beberapa anak usia sekolah dasar meramaikan lapangan sepak bola siang itu untuk sekedar bermain bola. Kali ini aku tidak hanya sekedar duduk manis di pinggir halaman mesjid menikmati indahnya pemandangan akan tetapi mencoba menggali informasi tentang komunitas Bravo. Langsung dari pendirinya sekaligus koordinator umum. Dialah Rani Aziz,pria yang biasa dipanggil mas Aziz ini berusia 27 tahun dan saat ini sedang mengajar di SLB Negeri 5 Jakarta. Tingginya yang semampai,rambutnya yang hitam lebat hingga batas kuping, matanya yang besar lngkap dengan kacamata serta kulitnya yang agak hitam. Darinya aku banyak mendapatkan informasi mengenai komunitas bravo. Bravo adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial atas dasar kepedulian terhadap disabilitas. Salah satunya dalam segi orientasi mobilitas. Disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Orang yang membantu mereka para disabilitas ini dikenal dengan istilah sukarelawan atau volunteer. Bravo resmi berdiri pada Februari 2005 atas pemrakarsa tujuh orang mahasiswa yang berasal dari Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, dan Universitas Mercu Buana. Dialah Aziz,Ira,Bimo,Igi,Santoso,Mario,dan Ito. Mereka mahasiswa yang berbeda latar belakang, akan tetapi dari pemahaman dan pemikiran merekalah Bravo akhirnya tercetus. Igi terpilih sebagai ketua yang pertama dengan masa jabatan empat tahun. Tidak ada kepanjangan dari Bravo nama ini merupakan nama yang menjadi pilihan bagi para pendidirnya. Dengan visi menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan sekitar terutama bagi penyandang disabilitas juga dengan misi memberikan ilmu terkait penyandang cacat. Motto Bravo adalah Keterbatasan bukan berarti dunia terbatas. Dan dengan icon gambar tangan terbuka merupakan karakteristik dari Bravo. Arti gambar tangan terbuka yang menjadi icon Bravo menandakan bahwa Bravo ketika tangan terbuk kita akan dapat membantu dan berbuat sesuatu untuk orang lain. Begitupun bagi penyandang disabilitas. Sedangkan slogan keterbatasan bukan berarti dunia terbatas menandakan bahwa keterbatasan yang dialami penyandang disabilitas bukan berarti dunia mereka terbatas begitu saja masih banyak hal yang dapat mereka lakukan bahkan terkadang jauh lebih hebat dari kita yang dianggap normal. Jika dapat memilih tidak ada anak yang ingin dilahirkan ke dunia dengan keterbatsan akan tetapi kuasa Tuhanlah yang menggariskan semuanya. Saat ini jumlah anggota beserta pengurus adalah 170 orang dari beberapa Universitas. Memang yang paling banyak berasal dari Pendidikan Luar Biasa UNJ akan tetapi bukan berarti Bravo milik UNJ, itulah yang selalu ditekankan Mas Aziz kepada para anggota selaku koordinator umum. Untuk menjadi pengurus di Bravo tidak begitu sulit yang penting kita punya niatan hati yang ikhlas untuk menjadi seorang volunteer tanpa iming-iming bayaran dan komersial. Tidak ada pelatihan khusus setiap minggunya, Jika ingin volunteer biasanya diadakan breafing dahulu sebelum dimulai acaranya. Dan saat itulah dijarkan bagaimana melakukan volunteer yang baik dan benar. Tidak kaku seperti jika kita ingin masuk Badan Organisasi di Kampus. Jika kita sudah volunteer selama tiga sampai empat kali biasanya akan ditanyakan “mau tidak jadi anggota” dengan tidak memaksa dan mencoba mengerti jika tertarik dan menjawab iya, maka saat itu juga ia menjadi anggota dan diberikan name tag yang harus dipakai selama jadi volunteer di berbagai acara. Di Bravo tidak pelantikan khusus untuk anggota akan tetapi hanya ada pelantikan pengurus saja. Anggota terbuka untuk siapa saja yang terketuk hatinya menjadi volunter. Sedangkan pengurus dipilih saat Rapat Kerja bersama. Komunitas tidak sama dengan organisasi. Organisasi yang terstruktur dari mulai pengurus,AD ART, Bahkan perizinan yang legal. Tidak ada AD ART, yang ada aturan tertulis berbentuk konsesium. Soal tempat biasa komunitas ini berkumpul adalah di bawah pohon rindang. “Kita memang tidak punya sekret secara fisik cit, bagi kita sekret ada di bawah pohon rindang,tempat kita biasa bertemu, jadi kalo ngumpul kita biasa suka kasih tau, ni nanti kita kumpul disini” tutur mas Aziz. Untuk penyimpanan berkas disimpan dirumah sekertaris, Dewi. Komunitas Bravo tidak ada izin secara de jure akan tetapi secara de facto telah diakui. Dari mulai organisasi sosial bahkan sampai tingkat pemerintahan Bravo telah dikenal. Dari mulai merasakan volunteer di daerah Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri seperti Bangkok dan Jepang. Bravo memang satu-satunya komunitas di Indonesia yang bergerak dalam membantu penyandang cacat. Silahturahmi antar sesama anggota dan pengurus pun tidak tenggelam begitu saja meskipun sudah tujuh tahun berjalan. Saat ini Anggota tersebar diseluruh daerah di Indonesia. “Kebanyakan alumni yang sudah bekerja juga menjadi PNS di daerah-daerah” tutur Mas Aziz. Komunikasi terjalin melalui Facebook yang bernama Bravo Penca. Berbagai informasi tentang perkembangan Bravo,tentang volunteer,juga tentang apa saja yang sedang dibutuhkan terjalin disini. Melalui jejaring sosial ini mereka manjadikanya sebagai tempat untuk menjalin silahturahmi,meskipun hanya melalui jejaring social kan tetapi silahturahmi tidak pernah putus. Bravo menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi sosial penyandang disabilitas. Seperti PERTUNI(Persatuan Tunanetra Indonesia), ITMI (IKatan Tunanetra Muslim Indonesia), Sejihra (Sehat Jiwa Raga), PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia), HWDI (Himpunan wanita Disabilitas Indonesia). Bravo sudah dikenal di Indonesia karena memang hanya satu-satunya komunitas yang membantu disabilitas dari berbagai aspek. Setiap ada acara yang diadakan berbagai organisasi social penyandang cacat Bravo selalu diundang untuk membantu mereka dalam orientasi mobilitas. Tunanetra yang memiliki hambatan dalam pennglihatan dan kesulitan dalam mengenal tempat baru baik dimana letak toiletnya, ruang acaranya,tempat makannya,dan berbagai orientasi lainya. Tidak hanya Tunanetra tetapi dengan penyandang disabilitas yang lain dalam membantu kelancaran acara. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali Bravo melakukan pendampingan dari berbagai kerjasamanya dengan organisasi sosial. Setiap Organisasi masyarakat yang ingin menyelenggarkan acara pasti membutuhkan bantuan bravo untuk hal Orientasi mobilitas. Dengan menghubungi pengurus dan member tahu kapan acaranya dilaksanakan dan butuh volunteer berapa orang. Maka dengan segera melalui humas dan koordintor divisi volunteer mencari relawan yang dapat membantu baik dari pengurus,anggota,bahkan yang bukan anggota. Sudah hampir tujuh tahun Bravo berjalan. Bukan tanpa kerikil-kerikil kecil yang menghadap. Justru semakin maju sebuah komunitas maka akan semakin banyak juga yang tidak suka, ibarat kita manusia pasti ada yang suka dana ada yang tidak. “ada yang bilang kita bravo komunitas mau show up” tutur mas Aziz. Berbagai selentingan miring justru tidak pernah diambil pusing.Malah dijadikan bahan evaluasi bagi Bravo. Akan tetapi sisi baiknya, Bravo dikenal banyak dosen khususnya pendidikan luar baias. Banyak dosen dari jurusan ini menganjurkan untuk masuk Bravo karena akan banyak pembelajaran yang dapat diambil jika kita mengikutinya. Ke depanya harapan Mas Aziz agar Bravo dapat melakukan riset dan penelitian. Voluntter hanya akan difokuskan hanya di skala yang besar seperti tingkat nasional. Melakukan Riset dan penelitian tentang isu disabilitas terkini juga agar dapat memberikan dan mengingatkan kembali kepada ornagisasi sosial penyandang disabilitas agar lebih peka terhadap disabilitas dan tidak hanya sekedar untuk pengurus akan tetapi ke berbagai aspek penyandang disabilitas. Selain itu dengan sudah dikenal di Indonesia. Bravo mengharapkan dapat mewakili Indonesia dengan komunitas sejenis pada tingkat Asia. Hingga saat ini masih proses untuk dapat mewujudkan apa yang diharapkan tersebut. Untuk soal berunding dengan berbagai elemen pemerintahan terkait masalah disabilitas sudah banyak pihak yang Bravo temui. Dari mulai Gubernur DKI, Ketua MPR RI,bahkan Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Akan tetapi dengan banyak berdisukusi dengan tokoh pemerintahan tidak menjadikan Bravo tinggi hati. Justru semakin banyak berdiskusi semakin banyak pelajaran yang akan mereka ambil juga membela hak-hak penyandang disabilitas tanpa perlu mereka tahu. Sebab menurut mas Aziz, Bravo bukanlah ajang show up akan tetapi komunitas ini menekankan pentingnya bersama untuk kemajuan bersama baik itu anggota,pengurus,bahkan penyandang disabilitas. Menurut pendapat salah satu anggota yang bernama Bery yang masuk mulai dari tahun 2010,ia mengungkapkan satu kata di Bravo “asik”. Memang karena selain punya banyak teman di Bravo banyak hal yang dipelajari tidak hanya sekedar Volunter. Bravo merupakan satu-satunya komunitas Volunter di Indonesia yang membantu para penyandang disabiltas dalam berbagai aspek salah satunya orientasi mobilitas. Waktu menunjukan pukul tiga sore, Angin yang semakin bertiup kencang dan suasana halaman mesjid yang semakin ramai. Sore itu wawancara telah selesai. Ada berbagai informasi yang aku dapat dari mas Aziz terkait komunitas Bravo ini. Bravo merupakan salah satu contoh komunitas di Jakarta yang berbeda. Perduli kepada mereka yang memiliki keterbatasan tanpa mengharapkan imbalan atau iming-iming uang. Kerja Ikhlas,itulah yang selalu ditanamkan Mas Aziz selaku koordinator umum kepada para anggotanya. Sehingga menurutku Komunitas ini adalah salah satu komunitas inspiratif yang ada di Jakarta. Semoga dapat menjadi isnpirasi bagi semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar